Memasuki Tahun Ajaran Baru Semester ganjil 2024/2025, para mahasiswa yang telah lulus tes di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, baik yang lulus pada jenjang S1, S2, maupun S3, tentu dengan semangat baru dan secercah harapan mengiringi langkah menuju kampus Islami Madani yang tercinta. Setelah sebelumnya mahasiswa (khususnya S1) dikenalkan dengan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK), maka pada hari ini, Senin 2 September 2024, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau menggelar Kuliah Umum Internasional dengan mendatangkan narasumber Prof. Saedah Siroj (University of Malaya). Beliau adalah Profesor bidang Pendidikan yang telah menghasilkan lebih dari 70 karya, baik dalam bentuk buku maupun dalam bentuk jurnal. Kuliah umum ini bertema “MENJADI MAHASISWA YANG KRITIS DAN INOVATIF DI ERA SOCIETY 5.0, STRATEGI ADAPTASI MAHASISWA BARU DALAM MERAIH KESUKSESAN STUDI.” Kuliah umum ini diadakan secara offline dan online/zoom serta melalui link youtube: https://www.youtube.com/live/GvCZ_VRU3bE?si=ZL6Gi-XegEMaWsZF.
Kuliah umum dihadiri oleh Rektor UIN Suska Riau Prof. Dr. H. Hairunas, M.Ag. secara Zoom, dihadiri oleh Wakil Rektor I Prof. Dr. Hj. Helmiati, M.Ag (sekaligus memberikan sambutan), Wakil Rektor II Prof. Dr. H. Mas’ud Zein, M.Pd., Wakil Rektor III Prod. Dr. Erwan, Kepala Biro, Para Dekan, Wakil Dekan, Kaprodi dan Sekprodi, dan segenap Dosen UIN Suska Riau, Senat mahasiswa dan para mahasiswa. Sebelum Keynote Speaker memberikan materi, acara terlebih dahulu dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, hymne dan mars dan ditutup dengan doa oleh Kepala Ma’had UIN Suska Riau Dr. Azni, M.Ag. Setelah itu, Perkuliahan dengan orasi ilmiah Prof. Dr. Saedah yang didampingi oleh Dr. Amirah Diniaty, M.Pd. Kons. selaku moderator dimulai.
Dalam orasi ilmiah yang disuguhkan oleh Prof. Saedah, ia menyampaikan bahwa mahasiswa tidak boleh melek teknologi karena semua pekerjaan selalu dihubungkan dengan dunia internet. Tapi ingat walau kita memiliki teknologi tinggi di dunia, kita juga wajib memiliki keimanan yang tinggi di sisi Allah SWT. Jangan sampai internet dan sederetan program lainnya seperti whatshapp, instagram, facebook, etc. menguasai kita tapi kita lah yang mengusai semua teknologi itu dalam kehidupan. Pada aspek pertanian, mahasiswa mesti mampu menjadi model dalam segala aspek dibantu oleh teknologi modern masa kini, dalam aspek Industrial society, pergerakan sosial harus diikuti secara global, masyarakat mesti pintar dalam teknologi digital dalam meningkatkan kesejahteraan manusia dan alam semesta, kita mesti paham semua pembaharuan dan menjadi mahasiswa yang kritis dan inovatif. Di sisi lain mahasiswa mesti mampu menjadi Super Society, dalam arti mampu menggunakan teknologi dengan benar sesuai kebutuhan manusia, tetapi jangan sampai terhipnotis dengan selebritis luar yang justru akan menjauhkan manusia dari dunia dan Akhirat.
Sebagai mahasiswa harus berani mengkritik dengan bijak, bukan hanya turun kejalan tanpa konsep, tapi wajib memiliki konsep konsep brilian yang mampu mengkritisi berbagai kebijakan yang tak sesuai dengan kepribadian bangsa dan negara. Prof. Saedah juga menyinggung bahwa dahulu, orang orang pintar dan bijak itu datang dari Indonesia ke Malaysia, banyak profesor dari Indonesia mengajar di Malaysia, maka hari ini orang orang bijak itu mesti lahir dari UIN Suska Riau, mampu bersaing dalam dunia pendidikan untuk menjadi profesor-profesor yang mampu mengalahkan teknologi barat. Mahasiswa yang berpikir kritis harus bisa mengambil fakta fakta untuk dibuktikan. Mahasiswa harus inovatif, mampu mendesain temuan-temuan orang barat bahkan mampu menemukan produk baru demi kemajuan teknologi umat Islam di masa depan.
Selanjutnya, Prof. Saedah menekankan pentingnya kemahiran dan kompetensi yang perlu dimiliki mahasiswa seperti literasi data, kemahiran, dan aplikasinya berbagai sarana teknologi modern di era 5.0. Di sela-sela penyampaian materi, Prof. Saedah menyinggung perlunya kecerdasan sosial dan emosi, dan diiringi adanya inovasi. Prof mengisahkan punya kawan non muslim memberi alat alat kesehatan, lalau mengunjungi orang sakit dan bertanya tentang penyakit mereka, ada yang sembuh karena sosialiasi yang ia berikan, lalu kenapa tidak kita yang muslim memiliki alat itu dan memeriksa tetangga tetangga yang sedang sakit? Sebagai mahasiswa UIN, mestinya ini adalah ladang untuk berdakwah dan memberikan pendidikan sekaligus memotivasi orang-orang sakit dengan teori dan konsep Islam sehingga kita layak disebut sebagai mahasiswa UIN Suska Riau.
Prof. Saeda menekankan bahwa mahasiswa harus memiliki SMART SOCIETY, artinya mampu menggali berbagai informasi dan menggandengkannya dengan penafsiran al-Qur’an. Jadilah mahasiswa yang kritis dan inovatif di 5.0, jadilah mahasiswa perjuangan yg berjuang bagi Islam, jangan berjuang untuk menguntungkan orang diluar Islam. Dalam belajar, ruh harus dihidupakkan, harus membangunkan jiwa, jangan dengar musik yang justru mematikan jiwa, dari mata, telinga dengan melihat google, bisa mematikan urat urat mata dan telinga akhirnya jiwa akan mati, iringi dengan baca al-Quran, lihat orang tua di rumah, silaturrahmi dengan keluarga dan tetangga, inilah jalan yang akan mampu menghidupkan jiwa, maka ruh harus diberi suplemen dengan cara-cara siraman Rohani sesuai al-Qur’an.
Generasi hari ini menggandrungi cerita film Korea, Bollywood hollywod, ini perlu diwaspadai jangan terlalu terbuang mata dengan game dan film film yang mematikan semangat jiwa, oleh karena itu Agar tak kehilangan moral, jangan mencinta teknologi melebihi Alquran, ngopi sampai 2-3 jam dengan kawan bukanlah perilaku dan kebiasaan mahasiswa, katakan: tidak ada jadwal mahasiswa berleha leha, mahasiswa boleh merasa cinta lawan jenis tapi jangan mengaburkan jalan hidup kita.
Setelah orasi ilmiah disampaikan, moderator Dr. Amirah Diniaty, M.Pd. Kons (Wakil Dekan III FTK UIN Suska Riau) memberi kesempatan kepada para mahasiswa untuk bertanya. Di antara mahasiswa yang bertanya adalah 1. Ali (prodi PAI FTK); 2. Farida Hanum Harahap (Fakultas Ushuludin); 3. Rafinor Ihsan (prodi PBA FTK); dan pertanyaan dari mahasiswa yang mengikuti perkuliahan melalui zoom.
Pertanyaan yang diajukan seputar nilai budaya dalam belajar yang seolah-olah akan kehilangan jati diri ketika tugas-tugas mahasiswa selalu melibatkan teknologi modern hari ini seperti penggunaan AI (artificial intellegence), chat GVT, dan menyadur dari berbagai makalah melalui artikel online, ini akan menyebabkan nilai-nilai budaya belajar akan terganggu. Lalu narasumber menjawab, justru dengan kemajuan literasi dewasa ini mesti digunakan sebaik mungkin untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, dengan tidak melupakan ruh sebagai bagian dari manusia yang penting memperoleh Pendidikan. Mahasiswa mesti mampu mengembangkan jiwa, jangan hanya dengar music yang justru mematikan jiwa. Musik yang dilihat dengan mata, didengar lewat telinga, melihat info-info dan artikel lewat google, bisa mematika urat-urat mata, telinga, dan akhirnya jiwa akan mati dan kering dari mengingat akan kebesaran Allah, maka apapun yang anda lihat melalui teknologi jangan melebihi dari apa yang dibaca, ditadabburi melalui al-Qur’an. Bersilaturrahmi, mengunjungi orang tua, tetangga justru akan mampu membuat hati terdidik sesuai dengan keinginan al-Qur’an.
Setelah semua pertanyaan mahasiswa terjawab, lalu sesi foto bersama narasumber hebat Prof. Saedah dari negara tetangga dilangsungkan, setelah diakhiri oleh moderator dengan untaian-untaian pantun melayu yang membuat suasana kuliah umum Internasional semakin semarak dan bermakna (Zh).