Matahari berzikir, angin bertasbih dan pepohonan memuji keagungan-Mu.
Semua menyambut datangnya malam Seribu Bulan.
Selamat datang Ramadan 1441 H, selamat beribadah puasa.
Umat Islam menyambut waktu ini dengan suka cita, meski tahun ini harus merayakan Bulan Ramadhan di rumah saja. Himbauan beribadah di rumah saja disampaikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) berkaitan dengan adanya pandemi virus corona (COVID-19). Meski begitu, ibadah Ramadhan harus terus ditingkatkan. Silaturahmi dengan saudara seiman juga harus saling terjaga. Supaya tetap bisa beribadah dan menjaga silaturahmi, tak ada salahnya saling berkirim kata untuk saling memaafkan, menyemangati sesama umat Islam menjalani Ramadhan yang akan datang. Ramadan adalah pembuktian cinta pada setiap ruang dan waktu yang berpuluh-puluh berlipat ganda. Ketundukan adalah cinta, kebajikan adalah cinta, derma adalah cinta, dan menata hidup lebih dewasa adalah cinta. Ramadan, saat memberi makna istimewa pada cinta kita. Kita telah bersama dalam ukhuwah. Semoga kelak kita dipertemukan oleh-Nya dalam ukhuwah pula.
Allah سبحانه و تعالى berfirman di dalam surat Al Baqarah ayat 183 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”
Puasa adalah salah satu ibadah yang secara zahir terkesan sangat sulit untuk dilakukan. Kita dituntut untuk menahan lapar, dahaga, serta menjaga hawa nafsu dari berbuat dosa. Namun, Allah سبحانه و تعالى menurunkan perintah tersebut justru dengan menggunakan kalimat-kalimat yang menyenangkan dan menenangkan hati. Pada ayat tersebut, Allah menenangkan kita dengan menjelaskan bahwa syariat puasa tidak hanya dijalankan oleh umat Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ saja, melainkan juga dijalankan oleh umat-umat sebelumnya. Padahal umat-umat sebelum kita juga memiliki syariat lain selain berpuasa, tapi Allah سبحانه و تعالى mempertahankan syariat puasa dan menjadikan puasa sebagai suatu amalan yang dijalankan oleh berbagai umat dari zaman ke zaman. Hal tersebut mengartikan bahwa puasa memiliki keistimewaan yang sangat tinggi hingga manusia antar zaman tidak luput dari syariat tersebut.
Hari ini, di tengah maraknya wabah corona, kita sadar bahwa berita buruk mampu berdampak pada munculnya kekhawatiran / kecemasan di tengah masyarakat, dan kecemasan tersebut dapat berdampak buruk bagi sistem imun yang ada dalam tubuh kita. Ayat 183 ini menggambarkan bagaimana cara Allah سبحانه و تعالى mengomunikasikan perintah berpuasa yang merupakan suatu syariat yang berat, justru disampaikan dengan kalimat-kalimat yang menenangkan dan menyenangkan hati sehingga kita yang hendak menjalaninya tidak merasa cemas dan khawatir akan segala kesulitan yang ada. Ingatlah, bahwa memasukkan kebahagiaan ke dalam hati orang beriman adalah ibadah.
Adapun kalimat لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ mengartikan bahwa puasa adalah syariat yang berat, tapi mudah sekali mengantarkan kita pada derajat takwa. Hal ini diperkuat oleh sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang berbunyi:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak mampu meninggalkan ucapan batil (dosa) dan masih mengerjakannya, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari no. 1903)
Hadis tersebut mempertegas bahwa syariat puasa adalah syariat yang sangat serius. Apabila kita menjalankannya dengan sungguh-sungguh, derajat takwa mungkin saja akan kita raih. Namun apabila kita tidak bersungguh-sungguh menjalankannya (dalam hal ini ditakar melalui ketidakmampuan meninggalkan ucapan batil / dusta), Allah jelas mengatakan bahwa Dia tak butuh puasa kita. Semoga bermanfaat.
Anak melayu mengail ikan
Perahu berlabuh ditengah lautan.
Sambil menunggu datangnya Ramadhan
Pesan maaf kami sampaikan.
Kembang melati sungguhlah indah
Ditengah taman jadi hiasan.
Harum Ramadhan tercium sudah
Kalau ada salah mohon dima’afkan.